Sejarah Al Quraan 1

img_0120 SEJARAH AL QURAN

1.Arti Kata Quraan
“Quraan” menurut bahasa berarti “bacaan”

Pemakaian kata ”Quraan” di sebutkan dalam Al quraan rat(75)

Al Qiyaamah :

17. Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di
dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.

18. apabila Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian kata ”Quraan” itu dipakai sekarang ini dengan sebutan
Al Quraan.

Definisi Al Quraan ialah ”Kalam Allah s.w.t. yang merupakan mu’jizat yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad s.a.w. dan membaca Al Quraan adalah ibadah.

Dengan definisi ini Kalam Allah yang diturunkan kepada nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad s.a.w. tidak dinamakan Al Quraan begitu juga dengan hadist

2. Cara-Cara Alquraan diwahyukan

Nabi Muhammad s.a.w. dalam hal menerima wahyu mengalami
bermacam-macam cara dan keadaan diantaranya:

a.Malaikat memasukkan wahyu itu kedalam hatiNya. Dalam hal ini Nabi Muhammad s.a.w. tidak melihat sesuatu apapun, hanya beliau merasa bahwa itu sudah berada dalam kalbunya.
Mengenahi hal ini nabi mengatakan ”Ruhul qudus mewahyukan ke dalam kalbuku” seperti dalam surat (42) Asy syururaa ayat 51:

51. dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan Dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir[1347] atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin- Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.

[1347] Di belakang tabir artinya ialah seorang dapat mendengar kalam Ilahi akan tetapi Dia tidak dapat melihat- Nya seperti yang terjadi kepada Nabi Musa a.s.

b.Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi berupa seorang laki- laki yang mengucapkkan kata-kata kepadanya sehingga beliau mengetahui dan hafal benar akan kata-kata itu.

c.Wahyu datang kepada Nabi seperti suara gemerincingnya lonceng. Cara ini dirasakan yang paling berat oleh Nabi. Kadang- Kadang pada keningnya berpancaran keringat, meskipun turunnya wahyu itu dimusim dingin yang sangat. kadang-kadang unta beliau terpaksa berhenti dan duduk karena
merasa amat berat. Bila wahyu itu turun ketika beliau sedang mengendarai unta. Diriwayatkan oleh Zaid bintsabit:

”Aku adalah penulis wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah. Aku lihat Rasulullah ketika turunnya wahyu itu seakan-akan diserang oleh deam yang keras dan keringatnya bercucuran seperti permata. Kemudian setelah selesai turunnya wahyu, barulah belaiau kembali seperti biasa”.

d. Malaikat menampakkan dirinya kepada nabi, tidak berupa seorang laki-laki, tetapi seperti  benar-benar seperti wujudnya yang asli. Hal ini disebutkan dalam Al Quraan surat (53) An
Najm surat 13, 14.

13. dan Sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain,

14. (yaitu) di Sidratil Muntaha[1430].
[1430] Sidratul Muntaha adalah tempat yang paling tinggi, di atas langit ke-7, yang telah dikunjungi Nabi ketika mi’raj.